Peran Program Siaran Radio KBR Cegah Hoaks Soal Kusta
Beredarnya hoaks bahwa kusta itu penyakit kutukan yang perlu dijauhi menimbulkan keresahan akibat pengucilan terhadap penderita kusta. Bukan hanya malu, tetapi stigma negatif juga merenggut kebebasan mereka yang mengalami pengucilan serta sulitnya mendapatkan pekerjaan akibat disabilitas yang dialami. Lalu, peran apa saja yang bisa dilakukan media terutama radio untuk menangkal hoaks seputar kusta tersebut? Program siaran radio seperti apa yang bisa membangun kesehatan mental para disabilitas?
Memperingati Hari Radio Nasional tanggal 11 September, Radio KBR Indonesia mengadakan sesi talkshow yang bisa disimak di youtube KBR Indonesia. Dalam pembahasan Talkshow virtual Ruang Publik KBR bertema Gaung Kusta di Udara yang saya ikuti tersebut pada Senin, 13 September 2021 lalu, dibahas bagaimana peran radio dalam menangkal isu bohong soal kusta di masyarakat.
Saya jadi ingat kisah seorang teman kantor dulu yang mengalami disabilitas. Beliau yang mengalami gangguan otot bawaan bercerita kalau sewaktu kecil, dirinya dijauhi teman-temannya dan sering mendapat perundungan di sekolah. Padahal menurut saya, gangguan yang dimiliki beliau masih berskala ringan karena masih dapat hidup normal dan masih bisa mandiri melakukan pekerjaannya. Lantas, bagaimana dengan teman-teman disabilitas lain yang tarafnya lebih berat?
Hoax seperti menjadi bagian tak terpisahkan di masyarakat kita saat ini. Beredarnya hoaks atau berita bohong tersebut cukup meresahkan karena terkadang stigma negatif yang muncul mengakibatkan seseorang atau komunitas tertentu dikucilkan dari masyarakat. Seperti yang terjadi pada penderita kusta maupun OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta). Selama ini banyak yang beranggapan kalau kusta itu penyakit yang penularannya cepat, diakibatkan karena kurang menjaga kebersihan ataupun terjadi karena seseorang mendapat kutukan akibat dosa yang dilakukan dan tidak bisa disembuhkan.
Data Kasus Kusta di Indonesia
Data dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan terdapat 16.704 kasus kusta di Indonesia tahun 2020 dan di tahun sebelumnya sebanyak 17.439 kasus yang ditemui. Data tersebut dinilai cukup besar mengingat Indonesia menduduki peringkat ketiga negara yang paling banyak memiliki penderita kusta setelah India dan Brazil.
Dari 34 provinsi di Indonesia, masih ada 8 provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta seperti Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat dimana proporsi kasus kusta pada anak masih tinggi, sekitar 10% di tahun 2021.
Apalagi masih ada 113 kabupaten/ kota dari total 514 kota yang angka penurunan penderita kustanya masih rendah. Hal ini terjadi karena aksesibilitas yang cukup sulit karena kondisi sosio demografi dan sosio geografinya yang kurang memungkinkan sehingga butuh upaya besar untuk menjangkau daerah tersebut. Belum lagi adanya disinformasi soal kusta yang menyebabkan seseorang yang teridentifikasi positif kusta enggan berobat dan dikucilkan masyarakat.
Kusta dan Penanganannya
Kusta atau lepra merupakan penyakit gangguan fungsi syaraf, pernafasan dan kulit akibat infeksi kuman Mycobacterium leprae ditunjukkan dengan lesi berwarna merah muda atau lebih terang dari warna kulit. Menurut WHO, terdapat 2 jenis kusta, antara lain
- Paucibacillary (PB) dengan ciri lesi kulit yang sedikit antara 1-5 bercak berwarna kemerahan atau lebih muda dari warna kulit di sekujur tubuh, biasanya bersifat asimetris (terjadi hanya pada bagian kanan atau kiri bagian tubuh saja) dimana lesi tersebut mengakibatkan mati rasa atau tumpul ketika mendapat perlakuan tertentu seperti ketika disentuhkan benda panas, dingin dan tajam serta mengganggu fungsi 1 syaraf saja. Seseorang yang mengalami kusta berjenis PB ini biasanya tidak menunjukkan adanya bakteri ketika sampel kulitnya diambil.
- Multibacillary (MB) dengan lesi kulit > 5 yang bersifat simetris, ada di tubuh bagian kanan maupun kiri seperti di punggung, tangan, kaki, maupun wajah dan mempengaruhi lebih dari 1 syaraf. Berbeda dengan PB, penderita kusta berjenis MB ini akan menunjukkan hasil positif terinfeksi bakteri kusta ketika kulitnya diambil sampel. Di Indonesia sendiri, kasus kusta bertype MB ini paling banyak dijumpai.
Jika muncul reaksi tertentu baik akibat kusta itu sendiri maupun akibat efek samping obat seperti rasa mual, badan terasa panas, perubahan warna kulit, dan sakit perut disarankan untuk berkonsultasi ke dokter atau tenaga medis untuk mendapatkan pemeriksaan lanjutan tanpa meninggalkan konsumsi obat. Pasien tidak boleh putus obat selama menjalani perawatan untuk meminimalisir resiko pengulangan pengobatan dari awal.
Seorang penderita kusta akut akan mendapatkan rehabilitasi berupa latihan dan penggunaan alat bantu, sedini mungkin melakukan pengobatan maka efek kecacatan yang ditimbulkan kusta bisa diminimalisir.
Program Siaran Radio KBR Indonesia Tentang Kesehatan Mental & Menanggulangi Hoaks Tentang Kusta
Banyaknya hoaks yang beredar seputar kusta ini berdampak negatif bagi penderita kusta maupun OYPMK. Banyak yang akhirnya merasa putus asa karena merasa penyakit kusta tidak bisa disembuhkan, belum lagi muncul perasaan malu untuk meminta pertolongan karena takut dicap sebagai pembawa sial dan harus dikucilkan karena paradigma kusta bisa menular lewat sentuhan, padahal untuk bisa menularkan, minimal terjadi kontak erat lebih dari 15 jam selama bertahun-tahun dan kasus penularannya cukup rendah.
Seperti yang diungkapkan dr. Febrina Sugianto, Junior Technical Advisor NLR Indonesia. Beliau menjelaskan, tidak seperti covid-19 yang penyebarannya cepat dan masif, dari 100 orang yang kontak erat dengan penderita kusta, hanya 5 orang diantaranya yang terinfeksi dan 2 yang positif teridentifikasi kusta. Untuk itu NLR Indonesia melakukan awareness untuk meningkatkan pemahaman dan menangkal hoaks soal kusta ini melalui 3 program utamanya yaitu Zero Transmision, Zero Disability dan Zero Ekslusi yang pernah saya bahas dalam postingan Peran Pemuda Mewujudkan Indonesia Inklusif.
Mengingat peran radio yang begitu besar dalam memberikan informasi, membentuk opini masyarakat dan menangkal isu hoaks, Radio KBR Indonesia melalui program-programnya berusaha memberikan pemahaman yang baik dan literasi terkait disabilitas dan kusta di Indonesia. Menurut penuturan Malika, Manager Program & Podcast KBR Indonesia, KBR terus berupaya melakukan edukasi berkelanjutan melalui beberapa program siaran radio, antara lain
Talkshow Ruang Publik KBR, Gaung Kusta di Udara. Kiri, Rizal Wijaya, Kanan atas dr Febrina Sugianto, dan kanan bawah Malika |
Podcast Diskusi Psikologi ini merupakan kolaborasi antara KBR Indonesia dengan Komunitas In To The Light untuk menghapus stigma negatif soal gangguan kesehatan mental dan berbagai isu terhadap penyalahgunaan narkoba. Acara diskusi tentang kesehatan mental yang saat ini sedang berkembang ini bisa didengarkan dalam siaran KBR Prime, spotify, deezer, itunes maupun aplikasi siniar lain.
Cek Fakta
Speak Up Podcast
Lewat speak up podcast ini, Radio KBR Indonesia berharap bisa memberikan pemahaman dan perspektif baru terhadap kasus marjinal. Podcast ini menyuarakan bagaimana para perempuan disabilitas saling mendukung untuk mendapatkan hak-hak perlindungan, mewujudkan kesejahteraan perempuan disabilitas sekaligus mendorong teman-teman disabilitas untuk mandiri. Buat kamu yang setuju adanya inklusi di Indonesia, jangan lupa dengarkan siarannya ya?
SUKA (Suara Untuk Indonesia Bebas Kusta)
Melalui program SUKA, KBR Indonesia bekerja sama dengan NLR Indonesia mengadakan kegiatan online dan offline. Dalam kegiatan online-nya, KBR mengadakan talkshow seputar disabilitas dan kusta yang dapat teman-teman saksikan dan dengarkan melalui youtube dan podcast KBR Indonesia.
Program SUKA ini hadir untuk memberikan pemahaman lebih baik soal isu disabilitas sehingga menekan tindakan diskriminatif. Selain itu, program SUKA ini diharapkan bisa meningkatkan awareness secara masif. Malika berharap melalui SUKA, akan hadir lebih banyak kebijakan inklusif yang bisa mengakomodir berbagai perbedaan kebutuhan, terbukanya lapangan pekerjaan untuk disabilitas
Secara offline KBR Indonesia juga mengajak para blogger, jurnalis dan mahasiswa dari bidang kesehatan untuk lebih banyak menyuarakan isu tentang disabilitas dan kusta ini agar stigma negatif masyarakat bisa ditekan.
Radio KBR dan NLR Indonesia juga mengajak para content creator melalui lomba instagram foto dan reel untuk menyuarakan soal kusta dengan tema Indonesia Bebas Kusta, Sebarkan Faktanya Lawan Stigma dan Hoaksnya. Yuk ikutan berpartisipasi karena lomba instagram ini berlangsung hingga tanggal 22 September 2021. Bagi teman-teman yang tertarik mengikuti lombanya, silahkan cek langsung akun instagram @kbr.id dan @nlrIndonesia.
Selama ini aku berfikir kusta itu sudah menghilang dari Indonesia lho. Maksudnya Indonesia sudah bebas kusta, ternyata masih ada ya?
Deteksi dini penyakit kusta harus dilakukan supaya tidak parah. Bersyukur sudah ada fakta bahwa penularan kusta minimal terjadi kontak erat lebih dari 15 jam selama bertahun-tahun dan kasus penularannya cukup rendah. Jadi hoax banget ya yang dibilang kusta bisa cepat langsung menular cepat lewat sentuhan. Semoga banyak orang yang tercerahkan setelah ini.
Mumpung masih ada waktu mau ikutan lomba reels Instagram tema bebas kusta selain mengedukasi masyarakat Indonesia tentang kusta sekaligus siapa tahu jadi pemenangnya hehee..
Wah saya setuju nih kalo gaungan untuk mencegah hoax dan mitos soal kusta/penyakit lepra ini perlu disebarkan melalui sosial media. Ini tujuannya supaya banyak orang yang melek soal penyakit kusta dan mampu mencegahnya sejak dini. Kusta bukan kutukan, dan tentunya tak layak jika kita diskriminasi kepada orang dengan penyakit kusta.
Memang sosialisasi untuk kusta perlu di optimal kak. Agar penangan untuk penderita dan pemahaman orang sekitar lebih baik lagi. Btw lombanya menarik sekali.
Iya setuju banget bahwa pasien kusta harusnya didampingi agar cepat sembuh bukan dikucilkan. Edukasi melalui blog ini juga penting banget agar makin banyak yang tahu bahwa kusta tidak seberbahaya yang selama ini beredar di masyrakat.
Dari kusta sampai ke kesehatan mental lalu kembali ke upaya mencegah hoaks tentang kusta. Kayaknya hoaks yang satu ini memang nancep banget ya. Kalau saya sih alhamdulillah sudah lama tahu.
Radio KBR ini concern banget ya menyuarakan persamaan hak antara saudara2 kita penyandang penyakit kusta dg kita dan masyarakat lainnya. Bagus sekali karena sejak lama terbentuk anggapan banyak org kl kusta itu penyakit kutukan
aku salut sekali dengan keistiqomahan NLR dan KBR tentang suara kusta ini. Semoga semakin banyak masyarakat yang tercerahkan dengan pengetahuan kusta ini
Masih banyak yang belum tau lho tentang bahaya penyakit kusta. Dengan banyak tulisan seperti ini. Membantu masyarakat tau ttg penyakit kusta sehingga mereka bisa lebih aware lagi