Scoliosis, Pengalamanku Hamil dan Bersalin
Aku penyitas scoliosis akibat pen yang terpasang lama di kaki kiriku. Dan ini ceritaku kala hamil dan bersalin. Jangan banyak tanya mitos tentang ibu hamil ya, karena banyak yang kulanggar dan aku baik-baik saja. Suamiku akhirnya juga merasakan bagaimana pengalaman pertama istri melahirkan hingga yang kedua.
Penyebab Skoliosis
Skoliosis adalah kelainan tulang sehingga tulang belakang akan condong ke samping membentuk huruf S atau C. Penyebabnya bisa macam-macam, mulai dari kelainan, infeksi maupun trauma kecelakaan. Aku termasuk salah satu penderita skoliosis akibat proses pertumbuhan tulang dan panggul yang tak sama akibat pemasangan pen di pangkal paha waktu itu.
Karena pen yang terbuat dari platina ini dipasang di dalam tulang, jadi aku tak mengalami kendala seperti nyeri atau ngilu. Sejak bulan-bulan pertama pasang, aku khawatir karena ukuran kakiku tak sama waktu itu dan perlu berlatih berjalan ekstra keras sampai aku memutuskan cuti kuliah satu semester yang akhirnya banyak mengubah hidupku.
Sebenarnya pen sendiri mau dicopot atau enggak tergantung pada tingkat kebutuhan dan resikonya tentunya. Ada jenis pen yang memang selamanya harus terpasang di badan, seperti yang dipakai untuk manula atau yang jadi pengganti organ tulang yang rusak. Tapi ada jenis seperti punyaku yang harusnya bisa dilepas antara 2-3 tahun. Pasang pen sekitar tahun 2004 dan di tahun 2014 pen tersebut masing terpasang karena ketakutan operasi dan lain hal yang tak bisa kusebutkan disini. Bayangkan, 10 tahun sebenarnya merupakan rentang yang bisa dibilang terlalu lama di kaki.
Pengalaman Hamil Pertama dan Kedua
Di tahun 2014 aku menikah, dan empat bulan setelahnya aku hamil. Deg-degan juga waktu itu lebih ke urusan kakiku apakah nanti akan mengganggu kelahiran atau tidak, secara karena posisinya begitu mengganggu ketika aku duduk. Ketika konsultasi ke dokter, dokter tak banyak memberi komentar tentang kaki dan apakah bisa persalinan normal atau harus SC sampai-sampai aku beberapa kali mencari dokter lain sebagai pembanding untuk mempertimbangkan kehamilan dan persalinanku. Dalam hati sih aku berdoa agar bisa lahiran normal dan berusaha mengafirmasi diriku sendiri agar bisa berpikir positif kala itu.
Mitos tentang kehamilan, percaya nggak? |
Di kehamilan pertama, beberapa mitos aku langgar seperti
1. Mandi malam
Mitosnya, mandi malam berakibat hamilnya gedhe dan perut banyak berisi cairan. Tapi karena aku selalu pulang malam sehabis bekerja, mau tak mau aku mandi. Apalagi semenjak hamil kala itu aku jadi rajin bersih-bersih. Oiya ada mitos kalau suka bersih-bersih dan masak di kala hamil menandakan anaknya perempuan, aku sih percaya tapi melihatnya dari segi logisnya. Pengaruh hormon kehamilan yang muncul mengakibatkan keibuan seorang perempuan terbentuk.
2. Minum Air Dingin
Ada yang beranggapan kalau minum es atau air dingin itu bikin bayinya Gedhe. Ada benarnya sih, "kalau" yang diminum adalah air dingin yang banyak mengandung gula seperti sirup atau es campur contohnya. Kadar gula yang tinggi memang mengakibatkan bayi cepat tumbuh besar di perut. Bahayanya kalau kelebihan gula saat hamil bisa mengakibatkan Diabetes Gestasional. Aku menganggap mitos ini kurang lengkap, jadi aku tetap minum air es. Apalagi suhu badan kan meningkat juga yang membuat bumil cepat gerah.
3. Minum Air Kelapa Saat Hamil
Beberapa orang berpikir bahwa minum air kelapa bisa membuat kulit bayi jadi bersih. Tak tahu kenapa aku kurang peduli dengan mitos ini dan tetep minum kacang hijau favorit yang juga baik untuk ibu hamil.
Beberapa mitos kehamilan lain seperti di diminta membawa potongan tumbuhan dingo dan gunting, bentuk perut dan lainnya akan aku bahas lain kesempatan ya gengs..
Kembali ke cerita kehamilanku, di minggu-minggu penantian aku tak mengalami kontraksi apapun padahal berbagai cara kulakukan seperti rajin jalan kaki dan senam ibu hamil. Dokter dan tenaga medis tertawa saat aku menanyakan bagaimana rasanya kontraksi itu, duh..padahal aku lagi cemas takut kenapa-kenapa dengan kandunganku.
Di minggu-minggu terakhir, akhirnya dokter memutuskan aku SC setelah sebelumnya aku dipacu 2x. Pacu persalinan tersebut juga tak membuatku mengalami kontraksi, justru tekanan darahku naik karena aku panik.
Dua bulan setelah melahirkan, aku mengalami hal yang membuatku harus melepas pen di kaki. Pen tersebut menusuk ujung syaraf di panggul dan mau tak mau harus dioperasi. Akhirnya setelah 11 tahun bersama, pen itu akhirnya dilepas juga.
Ketika aku hamil yang kedua, kekhawatiran yang sama muncul lagi. Kenapa? Karena dokter bilang bahwa bentuk panggilku asimetris. Aku tahu bahwa aku mengalami skoliosis sekian derajat berkat curhatku dengan seorang teman yang juga tenaga medis kala belum menikah. Duh, meski kehamilan dengan skoliosis ini tak begitu menyulitkan tetapi aku sekali lagi khawatir.
Di kehamilan kedua, aku jadi tahu apa itu kontraksi palsu dan yang asli setelah mengalaminya sendiri. Namun sayangnya yang kedua pun SC lagi. Alasan selain panggul asimetris, aku juga kelelahan semalaman kontraksi dan harus berpuasa karena esoknya SC. Padahal sempat dikasih harapan untuk bisa melahirkan normal lho. Yah, namanya belum rejeki. Siapa tau nanti kalau Hamil lagi. Ups... ( Ijin dulu ke pak suami, hehe)