Kenapa Harus Social Distancing?
Ada banyak istilah baru yang aku dapatkan selama pandemi ini terjadi. Ada istilah Isolasi Mandiri, Lock down, Social Distancing, PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar), APD (Alat Pelindung Diri) dan masih banyak lagi. Lalu, kenapa sih pemerintah meminta kita tetap #dirumahaja alias tidak pergi tanpa keperluan mendesak. Bahkan sebagian daerah telah melakukan Lock down dan Jakarta sudah menerapkan PSBB.
Kenapa Harus Social Distancing?
Pandemi Covid-19 sejak kemunculannya pertama kali di Wuhan China berkembang begitu pesat. Saat postingan ini aku tulis, ada sekitar
2,79 juta orang yang telah dikonfirmasi positif terkena Covid-19. Sebanyak 196 ribu orang dari seluruh dunia dinyatakan meninggal akibat terkena virus ini. Covid-19 adalah jenis virus yang menyerang saluran pernafasan dan menyebabkan penderitanya mengalami gangguan seperti batuk kering, demam dan bahkan pneumonia (radang paru-paru) yang menyebabkan kesulitan bernapas. Virus ini memiliki masa inkubasi 14 hari dan selama masa tersebut, mungkin orang yang terpapar akan merasa baik-baik saja. Virus yang menular lewat percikan batuk atau bersin, baik dari udara maupun sentuhan bisa dihambat dengan efektif salah satunya dengan menerapkan Social Distancing. Kenapa Social Distancing dianggap efektif mencegah penularan virus ini? Karena dengan Social Distancing, berdiam diri di rumah dan membatasi jarak dengan orang lain kita dianggap memutus rantai penyebaran virus tersebut.
Pengaruh Social Distancing
Dilihat dari segi kesehatan, penerapan Social Distancing merupakan cara yang efektif menghentikan penyebaran virus ini tapi di lain pihak, banyak stressor yang timbul mulai dari PHK, work from home, sekolah dari rumah, pembatasan semua kegiatan pengumpulan massa seperti pengajian, resepsi pernikahan, arisan dan beragam kegiatan lain. Pembatasan berbagai kegiatan dan memusatkan seluruh kegiatan baik sekolah maupun bekerja dari rumah saja menjadi pemicu timbulnya stress. Jika kita tak mampu mengelola stress itu dengan baik, keadaan yang ada justru akan membuat mental kita terganggu. Dengan tetap tenang dan berpikiran positif semua yang timbul justru menjadi pemantik diri untuk berubah dan berbuat lebih baik. Misal, kita jadi peduli soal manajemen waktu bersama anak dan tetap fokus bekerja, manajemen keuangan dimana kita bisa cermat membagi pemasukan ke dalam pos-pos yang ada dan tetap bisa menabung misalnya.