Pengalaman Kehamilan dengan Skoliosis
Skoliosis adalah sebuah kondisi dimana tulang belakang melengkung atau bengkok, baik ke kanan maupun ke kiri. Kondisi ini umumnya disebabkan antara lain karena trauma kecelakaan,posisi duduk atau berjalan yang salah. Skoliosis semakin parah biasanya dilihat dari besarnya sudut bengkok atau kemiringan skoliosis itu sendiri dimana kemiringan atau bengkoknya akan mengakibatkan punggung menjadi nyeri.
Aku sendiri memiliki skoliosis setelah beberapa waktu mengalami kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang paha sehingga tulang yang dipasangi pen tersebut lebih pendek serta memiliki otot yang lebih kecil. Ini berakibat tulang panggul yang menopang menjadi asimetris dan ternyata mengakibatkan tulang punggung menjadi melengkung ke kiri. Ini juga sempat diperparah karena aku memakai tas bahu yang cukup berat karena selalu bawa laptop ke tempat kerja. Awal aku sadar adalah ketika aku sering merasa mudah lelah dan kaku terutama tulang leherku waktu itu dan ketika diperiksa sudah sekitar 10 derajat.
Proses Caesar saat hamil anak pertama aku tempuh bukan karena scoliosis tapi lebih karena tak kontraksi sama sekali saat menjelang minggu-minggu akhir HPL dan di kehamilan pertama aku sadari lebih capek karena lebih sering melakukan perjalanan luar kota waktu itu. Tidak adanya kontraksi kehamilan bisa jadi juga karena disebabkan adanya pen sepanjang 30 cm yang terpasang hingga pangkal paha.
Dua bulan setelah anak pertama lahir, pen di kakiku dilepas. Dalam proses pemulihan karena jahitan SC dan pelepasan pen tersebut kurasakan hari-hari yang cukup melelahkan ditambah aku juga full ASI untuk anak. Posisi salah saat menyusui dan juga demi melindungi bekas jahitan SC inilah yang juga membuat badan mudah lelah dan beberapa kali kurasakan kaku otot terutama di jari kelingking kaki kiri dan aku kadang Neuropati. O iya, pen kakiku dilepas bukan karena sudah masa lepas ya, tapi justru karena sudah sangat jauh terlewat dari masa lepas dan karena insiden pen menusuk paha yang mengakibatkan syaraf di pangkal paha terluka. Terlukanya syaraf ini mengakibatkan rasa tajam seperti tersengat aliran listrik saat itu dan menjadi tumpul setelahnya (menjadi kebas seperti ketika kesemutan). Akhirnya aku turunkan minum resep dari dokter dan mengonsumsi vitamin B demi mempercepat penyembuhan syarafku.
Hamil anak kedua, dengan selisih hampir tiga tahun dengan anak pertama justru fisikku jauh lebih siap. Tak banyak keluhan nyeri tulang atau kelelahan berlebih seperti saat hamil anak pertama. Ada rasa khawatir anakku juga skoliosis, tapi kan skoliosis ku bukan bawaan tetapi karena panggul yang asimetris. Beberapa kali cek kondisi kehamilan, dokter menyarankan untuk SC lagi. Padahal aku berharap bisa normal, dengan berbagai macam alasan dan berusaha meyakinkan dokter kala itu akhirnya dokter bilang oke ketika ingin persalinan normal dengan syarat kalau proses bukaan tak terlalu lama. Dokter sebenarnya tahu kalau pinggulku asimetris karena kecelakaan dan aku skoliosis juga.
Meski akhirnya anak kedua SC juga, tetapi alasan utama aku SC bukan terletak pada poin bahwa pinggulku asimetris atau karena aku skoliosis tetapi lebih karena proses bukaan ku lama dan aku sudah terlalu kelelahan karena semalaman tak tidur dan sudah diharuskan puasa kala itu.
Kendala akibat skoliosis kutemui justru bukan pada saat kehamilan tetapi setelah persalinan karena saat itu fisik kembali berubah dan tubuh melakukan banyak penyesuaian yang mengakibatkan tulang leher dan punggung sering nyeri. Tipsku untuk penderita skoliosis adalah perbanyak melakukan peregangan dan berenang bisa mengurangi sakit akibat skoliosis.
Aku sendiri memiliki skoliosis setelah beberapa waktu mengalami kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang paha sehingga tulang yang dipasangi pen tersebut lebih pendek serta memiliki otot yang lebih kecil. Ini berakibat tulang panggul yang menopang menjadi asimetris dan ternyata mengakibatkan tulang punggung menjadi melengkung ke kiri. Ini juga sempat diperparah karena aku memakai tas bahu yang cukup berat karena selalu bawa laptop ke tempat kerja. Awal aku sadar adalah ketika aku sering merasa mudah lelah dan kaku terutama tulang leherku waktu itu dan ketika diperiksa sudah sekitar 10 derajat.
Proses Caesar saat hamil anak pertama aku tempuh bukan karena scoliosis tapi lebih karena tak kontraksi sama sekali saat menjelang minggu-minggu akhir HPL dan di kehamilan pertama aku sadari lebih capek karena lebih sering melakukan perjalanan luar kota waktu itu. Tidak adanya kontraksi kehamilan bisa jadi juga karena disebabkan adanya pen sepanjang 30 cm yang terpasang hingga pangkal paha.
Dua bulan setelah anak pertama lahir, pen di kakiku dilepas. Dalam proses pemulihan karena jahitan SC dan pelepasan pen tersebut kurasakan hari-hari yang cukup melelahkan ditambah aku juga full ASI untuk anak. Posisi salah saat menyusui dan juga demi melindungi bekas jahitan SC inilah yang juga membuat badan mudah lelah dan beberapa kali kurasakan kaku otot terutama di jari kelingking kaki kiri dan aku kadang Neuropati. O iya, pen kakiku dilepas bukan karena sudah masa lepas ya, tapi justru karena sudah sangat jauh terlewat dari masa lepas dan karena insiden pen menusuk paha yang mengakibatkan syaraf di pangkal paha terluka. Terlukanya syaraf ini mengakibatkan rasa tajam seperti tersengat aliran listrik saat itu dan menjadi tumpul setelahnya (menjadi kebas seperti ketika kesemutan). Akhirnya aku turunkan minum resep dari dokter dan mengonsumsi vitamin B demi mempercepat penyembuhan syarafku.
Hamil anak kedua, dengan selisih hampir tiga tahun dengan anak pertama justru fisikku jauh lebih siap. Tak banyak keluhan nyeri tulang atau kelelahan berlebih seperti saat hamil anak pertama. Ada rasa khawatir anakku juga skoliosis, tapi kan skoliosis ku bukan bawaan tetapi karena panggul yang asimetris. Beberapa kali cek kondisi kehamilan, dokter menyarankan untuk SC lagi. Padahal aku berharap bisa normal, dengan berbagai macam alasan dan berusaha meyakinkan dokter kala itu akhirnya dokter bilang oke ketika ingin persalinan normal dengan syarat kalau proses bukaan tak terlalu lama. Dokter sebenarnya tahu kalau pinggulku asimetris karena kecelakaan dan aku skoliosis juga.
Meski akhirnya anak kedua SC juga, tetapi alasan utama aku SC bukan terletak pada poin bahwa pinggulku asimetris atau karena aku skoliosis tetapi lebih karena proses bukaan ku lama dan aku sudah terlalu kelelahan karena semalaman tak tidur dan sudah diharuskan puasa kala itu.
Kendala akibat skoliosis kutemui justru bukan pada saat kehamilan tetapi setelah persalinan karena saat itu fisik kembali berubah dan tubuh melakukan banyak penyesuaian yang mengakibatkan tulang leher dan punggung sering nyeri. Tipsku untuk penderita skoliosis adalah perbanyak melakukan peregangan dan berenang bisa mengurangi sakit akibat skoliosis.
waktu pemeriksaan di rumah sakit, hasil rontgen saya juga menunjukan adanya skoliosis. ada terapi lain gak mba selain berenang?? iya waktu kecil saya selalu menggunakan tas ransel dengan bawaan buku yg banyak, tapi saya tak pernah mengalami kecelakaan sih mba, gtw kok bisa ada skoliosis
Pakai korset atau jaket khusus buat skoliosis, atau bisa juga pakai jalan operasi, suntik dg cairan untuk memberi bantalan tulang yg melengkung agar gak terjepit syarafnya, atau terapi kekuatan tangan mba..gantungan gitu..
Ya Allah mbak kuat banget. Salut aku. Mbak, maksudnya insiden penembakan apa ya ?