Playing victim dan penyebabnya
"Suatu hari, Tina yang dikenal rajin dan pandai emosinya meledak karena melihat adeknya sibuk dengan sosial medianya padahal jemuran di luar rumah banyak dan Tina kewalahan memasukkan semuanya ke dalam rumah. Takut dilaporkan ke sang ibunda, adeknya bergegas membuat alibi dengan menyiapkan pel dan mengepel seisi kamarnya. Ketika sang ibu datang, buru-buru adeknya menyambut ibunya dan mendampingi ibunya sepanjang waktu. Paginya sang ibu menjadi marah dan mendiamkan Tina hingga beberapa hari tanpa sebab alasan yang diketahuinya hingga akhirnya sang ibu menegur bahwa Tina terlalu kasar karena adeknya yang sedang ngepel kok dipaksa mengangkat jemuran masuk. Tina terkaget-kaget mendengarnya. Oh, jadi itu alasan kenapa sang ibu mendiamkannya"
Cerita di atas merupakan satu contoh bagaimana sang adik melakukan playing victim kepada kakaknya. Lalu apa sebenarnya playing victim itu sendiri?
Playing victim adalah sebuah perilaku atau perbuatan menyalahkan atau melempar kesalahan kepada orang lain dan menganggap diri sebagai korban. Di Indonesia, kejadian tersebut sempat menjadi viral setelah cuitan ramai di twitter dengan hastag #saveaudrey bermunculan. Beberapa selebriti dan media seperti Ruben Onsu pun ikut menjenguk Audrey di Rumah Sakit karena merasa kasihan kepada Audrey yang saat itu berstatus sebagai korban bullying teman-temannya di sekolah. Audrey bersaksi bahwa belasan teman-temannya telah mencolok organ intimnya. Cuitan setelahnya juga viral dengan hastag #Audreyjugabersalah sebagai balasan dari pengakuan tak benar yang dilontarkan Audrey setelah hasil visum dari tim medis Rumah Sakit menyebutkan bahwa keadaan organ Audrey baik-baik saja. Permasalahan awal muncul karena Audrey, menyinggung salah satu temannya yang berakibat perundungan perundun terjadi.
Di era digital ini, orang dengan mudah mengakses sosial media dan membuat keterangan palsu (hoax) yang menyebutkan dirinya sebagai korban hanya untuk menutupi kesalahan yang diperbuat. Playing victim sejatinya disebabkan karena seseorang memiliki beberapa sifat, antara lain
1. Sulit memaafkan dan pendendam
Sulitnya memaafkan dan rasa dendam yang bergejolak mengakibatkan pelaku biasanya menginginkan sang korban merasakan apa yang dirasakan pelaku sehingga dia melakukan playing victim.
2. Tidak suka bertanggungjawab
Sebuah bencana atau masalah yang timbul biasanya diakibatkan karena kesalahan si pelaku, tetapi karena sikapnya yang tak suka bertanggungjawab jadilah pelaku berusaha menyalahkan orang lain
3. Tak suka mengakui kesalahan
Mental yang lemah dan tak suka mengakui kesalahan berpotensi cenderung memojokkan orang lain agar bertanggung jawab atas perbuatan yang ia lakukan
4. Berharap orang lain melupakan kesalahan dengan menjatuhkan orang lain
Setiap orang yang berbuat salah pada dasarnya malu jika perbuatannya diketahui orang lain. Kita bisa mengakui kesalahan dan meminta maaf terhadap kesalahan ketimbang melempar kesalahan tersebut ke orang lain. Bukannya lupa, orang lain justru semakin mengingat kesalahan tersebut .
Moms juga memiliki sifat yang disebutkan salah satu diatasi? Jika ya, yuk kenali diri dan mulai berbenah
Mantap kakakku
#semangat
Hwaaa jadi keinget novel Pyaling Victim nih mbaa. Kebanyakan dari mereka memang punya anxiety disorder.
No. 2 yang paling menyebalkan. Wkwkmw
Banyak sih yang kek gini xixixi
Ya Allah, baru menyadari setelah baca tulisan kakak. Semoga saya bisa berbenah diri nih
Budaya yang belum banyak dijunjung oleh orang Indonesia di antaranya mengucapkan terima kasih, mengucapkan permintaan maaf jika Salah, bener gak sih