Karena aku bukan Cindelaras
"Baiklah, ibu akan ceritakan lanjutannya", tukas ibu Cinderaras
Cinderaras merasa begitu penasaran dengan kisah hidupnya sejak ayam jago kesayangannya membawa pesan yang diselipkan oleh sang Patih. Dalam pesan tersebut, sang Patih memberitahukan bahwa ia adalah putra mahkota Kerajaan Jenggala. Dalam pesan tersebut disampaikan bahwa Cinderaras adalah anak laki-laki satu-satunya dari Raden Putra dan sang ibu adalah permaisurinya. Ayam jago ajaib ini mulanya adalah sebutir telur yang dibawa oleh elang dan akhirnya menetas menjadi seekor ayam yang tangguh. Keahliannya dalam berkokok dan tubuhnya yang tegap, memperlihatkan ketangguhan jago milik Cinderaras. Setiap pagi, Cinderaras melatihnya di hutan dan memandikannya agar bulunya berkilau.
Meski ibundanya menyembunyikan jati diri dan asal muasal Cinderaras. Tetapi apa yang disembunyikan akhirnya berbau juga, ternyata sang ibu disembunyikan Patih kerajaan Jenggala. Sang Patih yang setia merasa bahwa Permaisuri Raja tidak bersalah dan justru istri kedua ayahnya lah yang berusaha menyingkirkan ibundanya. Istri kedua Raden Patah, Nyi pedes ini merasa iri dengan kedudukan sang permaisuri dan ingin posisi tersebut ditukar untuknya. Istri kedua Raden Patah tersebut lantas menyusun rencana jahatnya. Dia berpura-pura sakit dan meminta seorang tabib yang telah ia siap memeriksanya. Sang Tabib lalu memberitahu Raden Patah bahwa sakitnya istri kedua Raja adalah akibat perbuatan permaisuri yang berusaha mencelakai istri kedua Raja. Fitnah yang disebabkan oleh istri kedua Raja tersebut lantas membuat permaisuri mendapat hukuman dari raja. Saking marahnya, Raden Patah meminta Patih untuk membunuh pemaisuri. Sang Patih yang paham bahwa ini hanyalah fitnah dari Nyi Pedes justru membawa permaisuri yang saat itu sedang hamil menuju hutan. Waktu pun berlalu, hingga akhirnya permaisuri melahirkan anak bernama Cinderaras. Cinderaras tumbuh menjadi anak lelaki cerdas dan mandiri. Karena kesungguhannya melatih si jago dan memberinya berbagai temu dan racikan herbal, akhirnya si jago tumbuh menjadi ayam yang memiliki suara merdu.
Setelah bercerita panjang lebar, akhirnya Cinderaras mengemukakan maksudnya untuk menemuii ayahanda yang telah lama dirindukan. Sang ibu pun akhirnya merestui niat baik Cinderaras. Setelah berpamitan, Cinderaras pergi bersama ayam jago kesayangannya. Cinderaras menyusuri hutan dan sungai hingga akhirnya menemukan jalan menuju sebuah desa. Cinderaras mengistirahatkan badannya sejenak setelah berjalan hampir seharian. Di sebuah Surau, Cinderaras beristirahat dan shalat di sana. Selesai sembahyang, Cinderaras membuka bungkusan bekal yang disiapkan sang ibu ketika berangkat.
Setelah melepas penat, Cinderaras kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini, Cinderaras melewati sebuah desa yang penduduknya banyak bermaksiat. Dilihatnya sekumpulan orang berada di keramaian. Ternyata, Mereka sedang melihat aduan ayam dan berjudi di sana. Ada rasa geram pada Cinderaras, ia merasa bahwa mahluk hidup sudah seharusnya mendapatkan perlakuan yang baik. Teringat pesan Baginda Rasulullah tentang bahaya judi dan menyiksa binatang, akhirnya dengan santun Cinderaras memohon agar praktek adu ayam dihentikan. Tetapi, penjudi-penjudi justru naik darah.
"Hai kisanak, sebaiknya tak perlu kau ikut campur urusan kami, silahkan lanjutkan perjalanan atau kami tak segan mengambil tindakan" tukas salah seorang dari mereka
"Maafkan jika hamba turut campur, tetapi bukankah berjudi termasuk perbuatan dosa. Akan lebih baik bapak-bapak giat bekerja mencari uang halal. Agar berkah dunia akhirat" tutur Cinderaras dengan hati-hati.
Ternyata perkataan Cinderaras tersebut menimbulkan murka, salah seorang dari mereka hendak melemparkan pukulan ke wajah Cinderaras. Tetapi, tiba-tiba tangan tersebut tertahan oleh prajurit Raden Patah. Karena keadaan panas, mereka jadi tak mengetahui kalau Raden Patah beserta prajuritnya datang. Seketika seluruh penduduk bersimpuh.
"Maafkan kami Baginda "
" Janganlah kau ulangi lagi!"
"Tetapi Baginda, anak muda ini berusaha ikut campur urusan kami Baginda.."
Raden Patah akhirnya menanyakan perihal anak muda di hadapannya. Cinderaras pun menjelaskan bahwa ia akan pergi menuju Jenggala tetapi di jalan ia menemukan para penduduk justru banyak yang berjudi dan mengadu ayam. "Bukankah ini meresahkan Baginda?" Seru Cinderaras
"Lalu, kenapa kau membawa jago itu? Bukankah ayam jago biasanya dipakai untuk aduan? " Tanya Raden Patah
"Ini ayam jago kesayanganku, jago yang tangguh dan bersuara indah. Kemanapun aku pergi, aku akan membawanya." Tutur Cinderaras
Raden Patah takjub melihat ada ayam jago yang tegap dan bulunya seindah itu, karena rasa penasarannya itu ia lalu meminta jago tersebut berkokok.
Ketika semua di hadapan Raden Patah memasang mimik serius ingin mendengar Kokok ayam jago tersebut, sang jagopun menunjukkan suaranya.
Bersambung ya mba Sari?
Emang belum selesai mbak..doain ceper kelar ya mbak..menulis fiksi tantangan tersendiri buatku.. 😬