Cooking Class : Berkunjung ke Bakpao Kantil Salatiga
Bulan ini, PAUD tempat kakak sekolah mengadakan cooking class. Di cooking Class kali ini, sekolah mengajak kakak mengunjungi produsen bakpao di rumah mas Hafidz. Mas Hafidz adalah salah seorang siswa di sekolah tempat Uty belajar dan orangtuanya memiliki usah bakpao ini.
Setelah anak-anak berdoa dan menerima briefing yang disampaikan Bunda Desi, TK, PAUD dan Orangtua serta guru berangkat menuju pabrik bakpao Kantil dengan berjalan kaki karena ternyata rumahnya tak terlalu jauh dari sekolah. Di tempat tersebut, sebelum mulai bunda Desi dan pemilik menjelaskan perihal membuat bakpao dan meminta kami mengunci pintu yang menyebabkan bakpaonya kering dan butuh waktu lebih lama lagi untuk mengembang ketika bakpaonya kering.
Setelah bunda Fiya dan bunda Desi memberi nama masing-masing anak di kertas roti, anak-anak mulai diberikan sejumput adonan. Dengan antre, anak-anak mulai mendapatkan kertas rotinya. Kakak mendapat giliran pertama bersama teman lain Devina, Malik, Fadhil dan bunda guru. Anak-anak diajari membuat bakpao dari cara memasukkan usianya hingga menutupnya dan membentuknya sesuai isiannya. Ada isian coklat yang bentuknya lonjong, kacang hijau, blueberry yang cantik seperti bunga, ayam, strawberry dan kacang.
Ayah mas Hafidz yang merupakan pembuat adonan menjelaskan bahwa beliau sudah membuat bakpao selama 15 tahun. Begitu mahirnya beliau membentuk adonan dan memberi contoh ke bunda-bunda guru. Ternyata memberi isian dan menutup bakpao tidak semudah dan secepat yang ayah mas Hafiz lakukan. Butuh tangan terampil dan terbiasa untuk menghasilkan bentuk dan rasa yang enak.
Setelah semua adonan siap, mulailah satu persatu bakpao yang masih mentas dimasukkan ke dalam dandang kukus yang diameternya sekitar 50 cm. Dandang yang dipakai untuk mengukus ternyata berbeda dengan dandang yang digunakan untuk mengukus nasi pada umumnya. Berlayer-layer alias berlapis-lapis. Sekitar 15 kotak ditumpuk baru kemudian ditutup. Cara menutupnya pun unik, dengan bantuan katrol dan tali tambang karena 15 tumpukan tersebut tak mungkin bisa dijangkau tangan. Proses memasakpun dilakukan dan jika adonannya pas, tidak terlalu kering maka hanya sekitar 2 jam saja proses memasaknya, tetapi jika adonan kering karena pengaruh cuaca maka proses memasak bisa berlangsung hingga 3 jam lebih. Hasilnya, bakpao lembut dan mengembang yang enak dan siap dipasarkan di seluruh Salatiga. Hmmm..
Setelah mencoba bakpao dan merasakannya kakak dan teman-teman nya berdoa dan kamipun pulang dengan membawa oleh-oleh bakpao Kantil yang super lembut. Hmmm
Tepung adonan ditekan-tekan |
Memberi isian coklat meises |
Setelah semua adonan siap, mulailah satu persatu bakpao yang masih mentas dimasukkan ke dalam dandang kukus yang diameternya sekitar 50 cm. Dandang yang dipakai untuk mengukus ternyata berbeda dengan dandang yang digunakan untuk mengukus nasi pada umumnya. Berlayer-layer alias berlapis-lapis. Sekitar 15 kotak ditumpuk baru kemudian ditutup. Cara menutupnya pun unik, dengan bantuan katrol dan tali tambang karena 15 tumpukan tersebut tak mungkin bisa dijangkau tangan. Proses memasakpun dilakukan dan jika adonannya pas, tidak terlalu kering maka hanya sekitar 2 jam saja proses memasaknya, tetapi jika adonan kering karena pengaruh cuaca maka proses memasak bisa berlangsung hingga 3 jam lebih. Hasilnya, bakpao lembut dan mengembang yang enak dan siap dipasarkan di seluruh Salatiga. Hmmm..
Dari kiri ke kanan, kukusan bakpao, hasil bakpao yang sudah jadi, kakak menikmati bakpao coklat Dok.pribadi |
Setelah mencoba bakpao dan merasakannya kakak dan teman-teman nya berdoa dan kamipun pulang dengan membawa oleh-oleh bakpao Kantil yang super lembut. Hmmm
Hmmm,,kayaknya enak mba bakpaonya 😄
Ayo mbak sini..