Cerpen Anak 1 : Arsyad Sakit Perut Karena Takut
Arsyad suka sekali membaca buku tentang militer. Ia hafal segala hal berbau militer mulai dari kendaraan, profesi dan senjata yang berhubungan dengan militer. Kegemarannya ini muncul karena Arsyad sering mendengar tentang perjuangan kakeknya dahulu semasa berperang melawan penjajah. Kakek seorang tentara pelajar yang selain bertugas di Medan perang juga berkewajiban belajar. Bahkan salah satu teman kakek pernah menjadi menteri di era orde baru.
"Ar, kamu sudah mengerjakan PR yang kemarin lusa ditugaskan Bu guru? " Tanya Anton seraya mengeluarkan buku PRnya
"IPA ada PR? Waduh...aku kok bisa gak tau ya? di buku PR ku tak ada catatan PR"
Seketika keringat Arsyad bercucuran saat Anton memperlihatkan PR yang diberikan Bu guru kemarin lusa. Perasaan Arsyad betul-betul panik kala itu.
Tiba-tiba Arsyad merasa mual, perutnya terasa perih kala itu. Ketika Bu guru datang memasuki kelas, keringat Arsyad semakin bercucuran. Wajahnya yang berubah menjadi pucat ternyata diketahui Bu Lani.
"Kamu baik-baik saja Ar?"
"Sepertinya saya kurang enak badan Bu, perut saya sakit" keluh Arsyad sambil menekuk perutnya yang nyeri
Bu Lani lalu meminta Adit, teman sebangku Arsyad mengantar dan menemani Arsyad , menuju UKS. Di UKS, Arsyad menanyakan PR IPA tersebut kepada Adit. Dan ternyata Adit juga belum mengerjakan PR IPA tersebut. PR yang diberikan Bu Lani memang cukup banyak, ada sekitar 40 soal isian yang harus dijawab lengkap. Untuk mencari jawabannya murid-murid kelas 4 diminta mencarinya lewat internet.
Arsyad yang kala itu mendengar kalau Adit juga belum mengerjakan PR merasa lega. Ternyata, ia mempunyai teman yang sama-sama tidak mengerjakan PR. Perut Arsyad yang tadinya terasa perih tiba-tiba menjadi nyaman. Dia merasa memiliki teman yang senasib sepenanggungan.
Saat istirahat kedua berlangsung, Anton, Tari dan Monika menemui Arsyad dan Adit di ruang UKS.
"Bagaimana Ar, masih sakit perut? " Tanya Monika
" Sudah enggak Mon, PR nya tadi dikoreksi Mon?
" Oh, PR IPA? tidak jadi dikoreksi sekarang Ar, Bu Lani memberikan materi pelajaran lagi dan PR nya akan dikoreksi Minggu depan"
Arsyad kaget mendengar kalau PR nya tak jadi dikoreksi hari ini. Saat PR tersebut diberikan, Arsyad dipanggil pak Raharja untuk gladi bersih upacara hari Senin. Arsyad yang sering ditugaskan menjadi pemimpin upacara terpaksa tak mengikuti mata pelajaran jam terakhir hari Sabtu kemarin. Arsyad mendapati kelas dalam keadaan sepi, teman-temannya sudah pulang ketika latihan untuk persiapan upacara selesai.
Sesampai di rumah, Arsyad justru keasyikan bermain smartphone. Ibu yang berulang kali mengingatkan agar Arsyad belajar dan mengerjakan PR tak dipedulikannya. Arsyad memang jarang bermain di luar. Kebiasaannya yang gemar membaca buku dan bermain game membuatnya lupa menentukan prioritas seperti yang ayah dan ibu ajarkan padanya.
"Harusnya aku tanyakan kepada Anton dahulu perihal PR sebelum bermain handphone. Aku juga tak perlu menunda-nunda waktu belajar gara-gara
Handphone. Kuakui aku malu, sampai perutku sakit gegara kepanikan ku belum mengerjakan PR" keluh Arsyad. Dari kejadian itu Arsyad berjanji untuk selalu bertanya tentang pelajaran yang tidak bisa diikutinya. Kegagalan menentukan prioritas membuat Arsyad sakit perut di sekolah. "Besok, tidak lagi-lagi" ujar Arsyad meyakinkan diri.
Oh My GOD..---